Benih merupakan
bagian tanaman yang digunakan untuk
memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman, sehingga jelas bahwa
benih dapat diperoleh dapat diperoleh dari perkembangbiakkan secara generatif maupun
vegetatif, yang bertujuan untuk mengembangbiakkan tanaman. Benih yang
mengalami proses deteriorasi akan menyebabkan turunnya kualitas dan sifat benih
jika dibandingkan pada saat benih tersebut mencapai masa fisiologinya. Turunnya
kualitas benih dapat mengakibatkan viabilitas dan vigor benih menjadi rendah
yang pada akhirnya akan mengakibatkan tanaman menjadi buruk. Hal ini dapat
dilihat pada tanaman di lahan yang memiliki viabilitas yang tinggi dan
hasil panen yang menjadi jelek.
Kemunduran benih dapat didefinisikan jatuhnya mutu benih yang
menimbulkan perubahan secara menyeluruh di dalam benih dan berakibat pada
berkurangnya viabilitas benih. Faktor-faktor yang mempengaruhi benihitu sendiri
antara lain adalah faktor internal benih mencakup kondisi fisik dankeadaan
fisiologinya, kelembaban nisbi dan temperature, kadar air benih,suhu, genetic,
mikroflora, kerusakan mekanik (akibat panen dan pengolahan),dan tingkat
kemasakan benih.
Kualitas benih yang terbaik tercapai pada saat benih
masak fisiologis karena pada saat benih masak fisiologis maka berat kering
benih, viabilitas dan vigornya tertinggi. Perlu dicatat bahwa viabilitas dan
vigor tertinggi yang dimaksud tidak harus 100%. Setelah masak fisiologis
kondisi benih cenderung menurun sampai pada akhirnya benih tersebut
kehilangan daya viabilitas dan vigornya sehingga benih tersebut mati.
Proses penurunan kondisi benih setelah masak fisiologis itulah yang disebut
sebagai peristiwa deteriorasi atau benih mengalami proses menua.
Deteriorasi adalah
fenomena alami dalam
bahan hidup. Tingkat kerusakan pada biji bervariasi
pada spesies yang berbeda dan tergantung
pada beberapa faktor termasuk kondisi penyimpanan. Deteriorasi benih selama penyimpanan melibatkan penurunan progresif kinerja
dan fungsi dari biji. Ini menyebabkan kualitas biji berkurang, viabilitas,
kekuatan, akhirnya mengarah pada kematian benih. Deteriorasi benih adalah
proses ireversibel, tidak dapat dicegah
atau dibatalkan tetapi dapat
diperlambat d bawah kondisi yang spesifik (Doijode 2001).
Kemuduran benih didefinisikan sebagai menurunnya
kualitas benih, baik secara fisik maupun fisiologis yang mengakibatkan
rendahnya viabilitas dan vigor benih sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman
menurun. Laju kemunduran benih dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
1.
Sifat genetis benih
Kemunduran benih karena sifat genetis biasa disebut proses
deteriorasi yang kronologis. Artinya, meskipun benih ditangani dengan baik dan
faktor lingkungannya pun mendukung namun proses ini akan tetap berlangsung.
2.
Faktor
lingkungan
Proses ini biasa disebut proses deteriorasi fisiologis.
Proses ini terjadi karena adanya faktor lingkungan yang tidak sesuai dengan
persyaratan penyimpanan benih, atau terjadi proses penyimpangan selama
pembentukan dan prosesing benih (Satia 2009).
Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsur-angsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan fisisologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Kemunduran benih beragam, baik antar jenis, antar varietas, antar lot, bahkan antar individu dalam suatu lot benih. Kemunduran benih dapat menimbulkan perubahan secara menyeluruh di dalam benih dan berakibat pada berkurangnya viabilitas benih (kemampuan benih berkecambah pada keadaan yang optimum) atau penurunan daya kecambah. Proses penuaan atau mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan pemunculan kecambah di lapangan (field emergence), terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat menurunkan produksi tanaman (Copeland dan Miller 2001).
Penyimpanan
calon benih bertujuan untuk menghambat terjadinya kemunduran (deterioration) calon benih tersebut.
Ruang penyimpanan harus dipersyaratkan harus kedap air, tidak ada aliran udara
panas dari luar (insulasi), suhu ruangan dingin, dan kelembaban nisbi udara
kurang dari 60%. Faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan adalah tempat
penyimpanan calon benih harus bersih dari sisa benih sebelumnya dan terbebas
dari hama
maupun penyakit benih. Di perusahaan benih skala besar gudang penyimpanan
selalu dilengkapi dengan peralatan yang memenuhi syarat. Sementara, penangkar
benih dengan skala usaha kecil dapat menggunakan alat simpan yang sederhana,
antara lain polyethylene, aluminium
foil, atau tong plastik hitam yang dibuat kedap udara (Pitoyo 2005).
Deteriorasi benih
atau proses penuaan benih adalah proses penurunan kondisi benih setelah masak
fisiologis. Laju deteriorasi benih merupakan besarnya penyimpangan terhadap keadaan
optimum untuk mencapai pertumbuhan maksimum. Deteriorasi benih dipengaruhi oleh
dua peristiwa yaitu sifat genetis benih dan karena deraan lingkungan. Faktor
genetis yang mempengaruhi kemumduran benih ini disebut dengan proses deterirasi
yang kronologis yang berarti meskipun ditangani dengan baik dan faktor
lingkungannya mendukung namun proses ini akan tetap berlangsung. Sedangkan
deteriorasi yang dipengaruhi oleh deraan lingkungan disebut dengan deteriorasi
fisiologis. Proses ini terjadi karena faktor lingkungan yang tidak sesuai
dengan persyaratan penyimpanan benih, atau terjadi penyimpangan selama proses
pembentukan dan prosesing benih.
Untuk pengujian
viabilitas benih, setiap peubah diharapkan mempunyai tolak ukur tersendiri.
Daya berkecambah atau daya tumbuh merupakan tolak ukur viabilitas potensial
benih. Peubah vigor benih atas vigor kekuatan tumbuh dan daya simpan. Vigor
benih dapat diindikasikan misalnya dengan tolak ukur laju perkecambahan,
keserempakan tumbuh. Vigor daya simpan dapat diindikasikan dengan tolak ukur
daya hantar listrik, vigor benih terhadap deraan etanol/fisik, dan sebagainya.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan dibagi menjadi faktor
internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik , daya tumbuh
dan vigor , kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor eksternal antara
lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang simpan. Penyimpanan benih yang kurang
baik akan menyebabkan benih mengalami kemunduran fisiologis. Kemunduran benih
ini tidak dapat dicegah tetapi dapat ditekan lajunya dengan mengendalikan
faktor yang berpengaruh selama penyimpan seperti suhu, kadar air benih dan
kelembaban. Salah satu cara untuk mempertahankan daya simpan benih adalah
dengan penetapan kadar air yang tepat saat benih disimpan sehingga benih dapat
disimpan dalam waktu yang cukup lama tanpa menurunkan viabilitas benih. Benih adalah bersifat
higroskopis, sehingga benih akan mengalami kemunduran tergantung dari tingginya
faktor-faktor kelembaban relatif udara dan suhu lingkungan dimana benih
disimpan.
DAFTAR PUSTAKA
Copeland Lawrence dan Miller B. McDonald. 2001. Seed
Science and Technology. Kluwer Academic Publisher. London.
Pitoyo
Setijo 2005. Penangkaran Benih Tomat. Kanisius. Yogyakarta.
Doijode SD 2001. Seed Storage of Horticultural Crops. The
Haworth Press. New York.
Satia 2009. Pengaruh
Kemasan Terhadap Viabilitas. http://hirupbagja.blogspot.com/.
Diakses tanggal 15 Mei 2013.
Sumitro 2010.
Kemunduran Mutu Benih Rekalsitran. http://panjaitansumitro.blogspot.com/.
Diakses tanggal 15 Mei 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar