Rabu, 18 Juni 2014

DETERIORASI BENIH



Benih merupakan bagian tanaman yang digunakan untuk  memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman, sehingga jelas bahwa benih dapat diperoleh dapat diperoleh dari perkembangbiakkan secara generatif maupun vegetatif, yang bertujuan untuk mengembangbiakkan tanaman. Benih yang mengalami proses deteriorasi akan menyebabkan turunnya kualitas dan sifat benih jika dibandingkan pada saat benih tersebut mencapai masa fisiologinya. Turunnya kualitas benih dapat mengakibatkan viabilitas dan vigor benih menjadi rendah yang pada akhirnya akan mengakibatkan tanaman menjadi buruk. Hal ini dapat dilihat pada tanaman di  lahan yang memiliki viabilitas yang tinggi dan hasil panen yang menjadi jelek.
Kemunduran benih dapat didefinisikan jatuhnya mutu benih yang menimbulkan perubahan secara menyeluruh di dalam benih dan berakibat pada berkurangnya viabilitas benih. Faktor-faktor yang mempengaruhi benihitu sendiri antara lain adalah faktor internal benih mencakup kondisi fisik dankeadaan fisiologinya, kelembaban nisbi dan temperature, kadar air benih,suhu, genetic, mikroflora, kerusakan mekanik (akibat panen dan pengolahan),dan tingkat kemasakan benih. 
Kualitas benih yang terbaik tercapai pada saat benih masak fisiologis karena pada saat benih masak fisiologis maka berat kering benih, viabilitas dan vigornya tertinggi. Perlu dicatat bahwa viabilitas dan vigor tertinggi yang dimaksud tidak harus 100%. Setelah masak fisiologis kondisi benih cenderung menurun sampai pada akhirnya benih tersebut kehilangan daya viabilitas dan vigornya sehingga benih tersebut mati. Proses penurunan kondisi benih setelah masak fisiologis itulah yang disebut sebagai peristiwa deteriorasi atau benih mengalami proses menua. 

Deteriorasi adalah fenomena alami dalam bahan hidup. Tingkat kerusakan pada biji bervariasi pada spesies yang berbeda dan tergantung pada beberapa faktor termasuk kondisi penyimpanan. Deteriorasi benih selama penyimpanan melibatkan penurunan progresif kinerja dan fungsi dari biji. Ini menyebabkan kualitas biji berkurang, viabilitas, kekuatan, akhirnya mengarah pada kematian benih. Deteriorasi benih adalah proses ireversibel, tidak dapat dicegah atau dibatalkan tetapi dapat diperlambat d bawah kondisi yang spesifik (Doijode 2001).
Kemuduran benih didefinisikan sebagai menurunnya kualitas benih, baik secara fisik maupun fisiologis yang mengakibatkan rendahnya viabilitas dan vigor benih sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman menurun. Laju kemunduran benih dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
1.                              Sifat genetis benih
Kemunduran benih karena sifat genetis biasa disebut proses deteriorasi yang kronologis. Artinya, meskipun benih ditangani dengan baik dan faktor lingkungannya pun mendukung namun proses ini akan tetap berlangsung.
2.                              Faktor  lingkungan
Proses ini biasa disebut proses deteriorasi fisiologis. Proses ini terjadi karena adanya faktor lingkungan yang tidak sesuai dengan persyaratan penyimpanan benih, atau terjadi proses penyimpangan selama pembentukan dan prosesing benih (Satia 2009).

Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsur-angsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan fisisologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Kemunduran benih beragam, baik antar jenis, antar varietas, antar lot, bahkan antar individu dalam suatu lot benih. Kemunduran benih dapat menimbulkan perubahan secara menyeluruh di dalam benih dan berakibat pada berkurangnya viabilitas benih (kemampuan benih berkecambah pada keadaan yang optimum) atau penurunan daya kecambah. Proses penuaan atau mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan pemunculan kecambah di lapangan (field emergence), terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat menurunkan produksi tanaman (Copeland dan Miller 2001).

Penyimpanan calon benih bertujuan untuk menghambat terjadinya kemunduran (deterioration) calon benih tersebut. Ruang penyimpanan harus dipersyaratkan harus kedap air, tidak ada aliran udara panas dari luar (insulasi), suhu ruangan dingin, dan kelembaban nisbi udara kurang dari 60%. Faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan adalah tempat penyimpanan calon benih harus bersih dari sisa benih sebelumnya dan terbebas dari hama maupun penyakit benih. Di perusahaan benih skala besar gudang penyimpanan selalu dilengkapi dengan peralatan yang memenuhi syarat. Sementara, penangkar benih dengan skala usaha kecil dapat menggunakan alat simpan yang sederhana, antara lain polyethylene, aluminium foil, atau tong plastik hitam yang dibuat kedap udara (Pitoyo 2005).

Deteriorasi benih atau proses penuaan benih adalah proses penurunan kondisi benih setelah masak fisiologis. Laju deteriorasi benih merupakan besarnya penyimpangan terhadap keadaan optimum untuk mencapai pertumbuhan maksimum. Deteriorasi benih dipengaruhi oleh dua peristiwa yaitu sifat genetis benih dan karena deraan lingkungan. Faktor genetis yang mempengaruhi kemumduran benih ini disebut dengan proses deterirasi yang kronologis yang berarti meskipun ditangani dengan baik dan faktor lingkungannya mendukung namun proses ini akan tetap berlangsung. Sedangkan deteriorasi yang dipengaruhi oleh deraan lingkungan disebut dengan deteriorasi fisiologis. Proses ini terjadi karena faktor lingkungan yang tidak sesuai dengan persyaratan penyimpanan benih, atau terjadi penyimpangan selama proses pembentukan dan prosesing benih.
Untuk pengujian viabilitas benih, setiap peubah diharapkan mempunyai tolak ukur tersendiri. Daya berkecambah atau daya tumbuh merupakan tolak ukur viabilitas potensial benih. Peubah vigor benih atas vigor kekuatan tumbuh dan daya simpan. Vigor benih dapat diindikasikan misalnya dengan tolak ukur laju perkecambahan, keserempakan tumbuh. Vigor daya simpan dapat diindikasikan dengan tolak ukur daya hantar listrik, vigor benih terhadap deraan etanol/fisik, dan sebagainya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik , daya tumbuh dan vigor , kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang simpan. Penyimpanan benih yang kurang baik akan menyebabkan benih mengalami kemunduran fisiologis. Kemunduran benih ini tidak dapat dicegah tetapi dapat ditekan lajunya dengan mengendalikan faktor yang berpengaruh selama penyimpan seperti suhu, kadar air benih dan kelembaban. Salah satu cara untuk mempertahankan daya simpan benih adalah dengan penetapan kadar air yang tepat saat benih disimpan sehingga benih dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama tanpa menurunkan viabilitas benih. Benih adalah bersifat higroskopis, sehingga benih akan mengalami kemunduran tergantung dari tingginya faktor-faktor kelembaban relatif udara dan suhu lingkungan dimana benih disimpan.

DAFTAR PUSTAKA
Copeland Lawrence dan Miller B. McDonald. 2001. Seed Science and Technology. Kluwer Academic Publisher. London.
Pitoyo Setijo 2005.  Penangkaran Benih Tomat. Kanisius. Yogyakarta.
Doijode SD 2001. Seed Storage of Horticultural Crops. The Haworth Press. New York.
Satia 2009. Pengaruh Kemasan Terhadap Viabilitas. http://hirupbagja.blogspot.com/. Diakses tanggal 15 Mei 2013.
Sumitro 2010. Kemunduran Mutu Benih Rekalsitran. http://panjaitansumitro.blogspot.com/. Diakses tanggal 15 Mei 2013.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Random