Rabu, 18 Juni 2014

Poliembrioni



Poliembrioni yaitu keadaan apabila satu biji mempunyai lebih dari satu biji dari satu embrio. Poliembrioni terjadi pada bakal biji telah mengalami pembuahan kemudian timbul beberapa embrio. Salah satu embrio berasal dari perkawinan sel telur dan inti sperma, sedangkan yang lainnya terbentuk di luar kandung embrio, misalnya pada nuselus, atau integumen. Pembuahan sel telur jeruk terjadi 2-28 hari sesudah penyerbukan dan pembelahan sel dari zigot segera terjadi sesudah pembuahan. Pada waktu itu juga terbentuk endosperm dari peleburan inti kandung lembaga sekunder dengan sel sperma. Dalam beberapa varietas lalu akan terbentuk embrio adventif dari nuselus. Kadang-kadang juga terjadi embrio lebih dari satu, tetapi bukan berasal dari nuselus melainkan dari embrio generatif yang kembar (Pracaya 2005).
Pada dasarnya, benih terdiri dari embrio atau tanaman mini, endosperma dan cadangan makanan lainnya serta pelindung yang terdiri dari kulit benih, dan pada benih-benih tertentu terdapat juga struktur tambahan. Peralihan dari keadaan hidup sampai mati pada benih dapat berlangsung dengan lambat atau cepat, tergantung pada jenis benihnya, seberapa berat dan di bagian mana benih terluka, sewaktu panen dan sewaktu disimpan, serta saat dan lamanya benih terkena kondisi-kondisi buruk tersebut. Kondisi-kondisi itulah yang menentukan masa hidup benih yang sebenarnya. Sehingga benih dapat mati hanya dalam waktu beberapa hari atau minggu setelah saat kemasakannya. Atau sebaliknya, benih tetap segar dan menarik untuk dilihat selama bertahun-tahun setelah kemasakannya (Justice dan Louis 1990).
Embriogenesis somatik merupakan suatu proses dimana sel-sel somatik (baik haploid maupun diploid berkembang membentuk tumbuhan baru melalui tahapan perkembangan embrio yang spesifik tanpa melalui fusi gamet (Barton, 1970). Embriogenesis somatik pada biji tanaman mempunyai beberapa tahapan perkembangan yang spesifik, seperti induksi kalus embriogenik atau embrio somatik (pembentukan langsung), pemeliharaan, pendewasaan, perkecambahan. Pembentukan embrio somatik secara langsung lebih disukai karena dapat menekan masalah sulitnya pembentukan benih somatik pada tahap perkecambahan. Keberhasilan regenerasi melalui embriogenesik somatik dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain formulasi media yang berbeda pada setiap tahap perkembangan embrio somatik serta jenis eksplan yang digunakan (Prasetyo 1994).
Biji keras adalah biji yang tetap keras pada akhir jangka waktu pengujian yang ditetapkan disebabkan kekerasan atau kekedapan kulitnya hingga tidak menyerap air. Biji dorman adalah biji hidup yang tidak tumbuh pada lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhannnya tapi tidak termasuk biji keras (Kamil 1979).
Kualitas benih juga berpengaruh terhadap daya kecambah benih. Bukan hanya air dan suhu yang berpenngaruh tapi dari benih yang dikecambahkan juga akan menentukan daya kecambah dari benih itu sendiri. Karena benih yang berkualitas akan memiliki daya kecambah yang baik dan benih yang kurang berkualitas atau berkualitas rendah daya kecambahnya biasanya kurang baik (Sutopo 2004).
Biji tanaman merupakan alat perbanyakan generatif. Dimana proses terbentuknya biji/benih dapat melalui 2 cara yaitu dari peleburan sperma dengan ovum (amfimiksis) dan tidak melalui peleburan sperma dengan ovum (Apomiksis). Amfimiksis dan apomiksis dapat terjadi secara bersama-sama sehingga terbentuk satu atau lebih embrio dalam satu ovum. Proses ini disebut poliembrioni seperti yang terjadi pada biji nangka, jeruk dan mangga    (Hakim et al 2008).
Poliembrio pada biji jeruk ini berasal dari jaringan integument dan nusellus. Jaringan nusellus dari Citrus bisa digambarkan seperti kumpulan jaringan juvenile yang memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi. Jeruk (Citrus sp) merupakan salah satu genus dari famili Rutaceae yang mempunyai nilai ekonomi paling tinggi. Keragaman genetik jeruk sangat tinggi, yang ditunjukkan oleh tingginya unit taksonomi (spesies dan hibrida) (Kamil 2004).
Benih rekalsitran sangat rentan terhadap suhu dan pengeringan ekstrim. Tingkat rekalsitran bervariasi dan tergantungg jenis. Benih rekalsitran dapat berasal dari buah kering dan buah berdaging. Pengeringan berlebihan tidak diperkenankan dan benih tidak boleh dikenakan di bawah sinar matahari langsung. Di sisi lain kalau benih tidak mengalami dormansi, kandungan lembab yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah. Keseimbangan umumnya sangat sulit dicapai, khususnya di bawah kondisi lapangan (Utomo 2006).


DAFTAR PUSTAKA
Barton L 1970. Hastening the Germination of Some Coniferous Seeds. Boyle Thomson Inst.
Hakim Lukman M. Anis Fauzi 2008. Pengaruh Ukuran Kotiledon Terhadap Pertumbuhan Semai Ulin (Eusyderoxylon zwageri T. Et B). Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol. 2 (1) : 2-5.
Justice Oren L dan Louis N. Bass 1990. Principles and Practices of Seed Storage. Castle House Publication Ltd.
Kamil J 1979. Teknologi Benih I. Universitas Andalas. Padang.
_______ 2004. Ilmu dan Teknologi  Benih. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 4 (1): 31-36.
Pracaya 2005. Jeruk Manis : Varietas, Budidaya, dan Pascapanen. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Prasetyo. 1994. Evaluasi Mutu Benih Beberapa Genotipe Padi Selama Penyimpanan. J. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. Vol 20 (3) : 17-23.
Romeida, A. 2007. Respon Berbagai Tipe Eksplan Biji Manggis (Garcinia mangostana L.) pada Beberapa Konsentrasi Benzil Amino Purin (BAP) terhadap Pembentukan dan Regenerasi Polyembrioninya Secara In Vitro. Jurnal Akta Agrosia Vol. 10 (2) : 162 – 166.
Sutopo L 2004. Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Utomo Budi 2006. Ekologi Benih. USU Repository. Medan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Random