Poliembrioni yaitu keadaan apabila satu biji
mempunyai lebih dari satu biji dari satu embrio. Poliembrioni terjadi pada
bakal biji telah mengalami pembuahan kemudian timbul beberapa embrio. Salah
satu embrio berasal dari perkawinan sel telur dan inti sperma, sedangkan yang
lainnya terbentuk di luar kandung embrio, misalnya pada nuselus, atau
integumen. Pembuahan sel telur jeruk terjadi 2-28 hari sesudah penyerbukan dan
pembelahan sel dari zigot segera terjadi sesudah pembuahan. Pada waktu itu juga
terbentuk endosperm dari peleburan inti kandung lembaga sekunder dengan sel
sperma. Dalam beberapa varietas lalu akan terbentuk embrio adventif dari
nuselus. Kadang-kadang juga terjadi embrio lebih dari satu, tetapi bukan
berasal dari nuselus melainkan dari embrio generatif yang kembar (Pracaya 2005).
Pada dasarnya, benih terdiri dari embrio atau
tanaman mini, endosperma dan cadangan makanan lainnya serta pelindung yang
terdiri dari kulit benih, dan pada benih-benih tertentu terdapat juga struktur
tambahan. Peralihan dari keadaan hidup sampai mati pada benih dapat berlangsung
dengan lambat atau cepat, tergantung pada jenis benihnya, seberapa berat dan di
bagian mana benih terluka, sewaktu panen dan sewaktu disimpan, serta saat dan
lamanya benih terkena kondisi-kondisi buruk tersebut. Kondisi-kondisi itulah
yang menentukan masa hidup benih yang sebenarnya. Sehingga benih dapat mati
hanya dalam waktu beberapa hari atau minggu setelah saat kemasakannya. Atau
sebaliknya, benih tetap segar dan menarik untuk dilihat selama bertahun-tahun
setelah kemasakannya (Justice dan Louis 1990).
Embriogenesis somatik merupakan suatu proses dimana
sel-sel somatik (baik haploid maupun diploid berkembang membentuk tumbuhan baru
melalui tahapan perkembangan embrio yang spesifik tanpa melalui fusi gamet
(Barton, 1970). Embriogenesis somatik pada biji tanaman mempunyai beberapa
tahapan perkembangan yang spesifik, seperti induksi kalus embriogenik atau
embrio somatik (pembentukan langsung), pemeliharaan, pendewasaan,
perkecambahan. Pembentukan embrio somatik secara langsung lebih disukai karena
dapat menekan masalah sulitnya pembentukan benih somatik pada tahap
perkecambahan. Keberhasilan regenerasi melalui embriogenesik somatik
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain formulasi media yang berbeda pada
setiap tahap perkembangan embrio somatik serta jenis eksplan yang digunakan
(Prasetyo 1994).
Biji keras adalah biji yang tetap keras pada akhir
jangka waktu pengujian yang ditetapkan disebabkan kekerasan atau kekedapan
kulitnya hingga tidak menyerap air. Biji dorman adalah biji hidup yang tidak
tumbuh pada lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhannnya tapi tidak termasuk
biji keras (Kamil 1979).
Kualitas benih juga berpengaruh terhadap daya
kecambah benih. Bukan hanya air dan suhu yang berpenngaruh tapi dari benih yang
dikecambahkan juga akan menentukan daya kecambah dari benih itu sendiri. Karena
benih yang berkualitas akan memiliki daya kecambah yang baik dan benih yang
kurang berkualitas atau berkualitas rendah daya kecambahnya biasanya kurang baik
(Sutopo 2004).
Biji tanaman merupakan alat perbanyakan generatif.
Dimana proses terbentuknya biji/benih dapat melalui 2 cara yaitu dari peleburan
sperma dengan ovum (amfimiksis) dan tidak melalui peleburan sperma dengan ovum
(Apomiksis). Amfimiksis dan apomiksis dapat terjadi secara bersama-sama
sehingga terbentuk satu atau lebih embrio dalam satu ovum. Proses ini disebut
poliembrioni seperti yang terjadi pada biji nangka, jeruk dan mangga (Hakim et al 2008).
Poliembrio
pada biji jeruk ini berasal dari jaringan integument dan nusellus. Jaringan
nusellus dari Citrus bisa digambarkan seperti kumpulan jaringan juvenile yang
memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi. Jeruk (Citrus sp) merupakan salah satu genus dari famili Rutaceae yang
mempunyai nilai ekonomi paling tinggi. Keragaman genetik jeruk sangat tinggi,
yang ditunjukkan oleh tingginya unit taksonomi (spesies dan hibrida) (Kamil 2004).
Benih rekalsitran sangat rentan terhadap suhu dan
pengeringan ekstrim. Tingkat rekalsitran bervariasi dan tergantungg jenis.
Benih rekalsitran dapat berasal dari buah kering dan buah berdaging.
Pengeringan berlebihan tidak diperkenankan dan benih tidak boleh dikenakan di
bawah sinar matahari langsung. Di sisi lain kalau benih tidak mengalami
dormansi, kandungan lembab yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih
berkecambah. Keseimbangan umumnya sangat sulit dicapai, khususnya di bawah
kondisi lapangan (Utomo 2006).
DAFTAR
PUSTAKA
Barton L 1970. Hastening the
Germination of Some Coniferous Seeds. Boyle Thomson Inst.
Hakim Lukman M. Anis Fauzi 2008.
Pengaruh Ukuran Kotiledon Terhadap Pertumbuhan Semai Ulin (Eusyderoxylon zwageri T. Et B). Jurnal
Pemuliaan Tanaman Hutan Vol. 2 (1) : 2-5.
Justice Oren L dan Louis N. Bass 1990. Principles and Practices of Seed Storage. Castle House Publication
Ltd.
Kamil J 1979. Teknologi Benih I.
Universitas Andalas. Padang.
_______ 2004. Ilmu
dan Teknologi Benih. Jurnal Litbang
Pertanian. Vol 4 (1): 31-36.
Pracaya
2005. Jeruk Manis : Varietas, Budidaya,
dan Pascapanen. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Prasetyo. 1994. Evaluasi Mutu Benih Beberapa Genotipe Padi Selama
Penyimpanan. J. Penelitian Pertanian
Tanaman Pangan. Vol 20 (3) : 17-23.
Romeida, A. 2007. Respon Berbagai
Tipe Eksplan Biji Manggis (Garcinia
mangostana L.) pada Beberapa Konsentrasi Benzil Amino Purin (BAP) terhadap
Pembentukan dan Regenerasi Polyembrioninya Secara In Vitro. Jurnal Akta Agrosia Vol. 10 (2) : 162 –
166.
Sutopo
L 2004. Teknologi Benih. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Utomo Budi 2006. Ekologi Benih. USU Repository. Medan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar