Rabu, 18 Juni 2014

PERAN BIOTA DALAM PEROMBAKAN BAHAN ORGANIK

Pertanian konvensional selain menimbulkan dampak negatif dari penggunaan pestisida sintetis, ternyata pemberian input berupa pupuk anorganik juga banyak menimbulkan masalah. Sulistyowati (1999), menyatakan bahwa akibat penggunaan pupuk kimia, tanah menjadi keras, sehingga energi yang dibutuhkan untuk mengolah tanah menjadi lebih berat. Cacing-cacing tanah yang berfungsi menggemburkan tanah secara alami tidak mampu mengikuti kecepatan penguraian yang diperlukan manusia.
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan organik, seperti hijauan (jerami, batang pisang, dan hijauan lainnya} dan kotoran hewan (kotoran kambing, sapi, ayam, kelinci, kerbau, dan sebagainya). Sebelum digunakan bahanbahan tersebut terlebih dahulu difermentasikan. Pupuk kandang atau kornpos biasanya dicampur dengan bahan-bahan alami lainnya yang berada di lahan pertanian atau di sekitarnya (Andoko 2002).
Secara ekologi, cacing tanah terbagi dalam 3 kelompok yaitu epigeik, endogeik dan aneciqueik. Ketiga kelompok tersebut memiliki kontribusi yang bervariasi terhadap kesuburan tanah. Cacing epigeik merupakan cacing tanah yang hidup dan aktif pada lapisan permukaan tanah, tidak membuat lubang dan pemakan serasah. Cacing endogeik ukuran tubuh lebih besar dan peranannya penting dalam penyuburan solum tanah, karena pergerakannya cepat sehingga aktif membuat lubang di tanah. Cacing aneciqueik mempunyai bobot yang paling berat dari kelompok lainnya, dengan kebiasaan makan dan membuang kotoran di permukaan tanah, sehingga berperan dalam meningkatakan kesuburan tanah lapisan atas. Bila dikaitkan dengan kedalaman perakaran tanaman, tipe endogeik akan lebih cepat pengaruhnya terhadap tanaman keras atau tanaman tahunan, sedangkan tipe epigeik dan aneciqueik akan lebih terlihat pengaruhnya pada tanaman semusim atau yang berakar dangkal (Hanafiah et al 2010).
Populasi cacing tanah tertinggi terdapat pada musim penghujan (kadar air 12-30 %) dan populasinya akan menurun pada musim kemarau. Cacing Aporrectodea caliginosa yang termasuk spesies epigeik dan akutik umumnya dijumpai pada lahan yang diairi, sedangkan Lumbricus rubellus mampu menembus tanah hingga lapisan lebih dalam, tidak dipengaruhi oleh ada atau tidaknya pengairan. Pada tanah-tanah tergenang, populasi cacing tanah umumnya rendah. Penyebaran, kepadatan dan keragaman cacing tanah sangat dipengaruhi oleh kandungan lengas tanah, jenis tanah, vegetasi dan pH
 (Brady et al 2002).
Cacing tanah hidup kontak langsung dengan tanah dan memiliki kontribusi penting terhadap proses siklus unsur hara di dalam lapisan tanah, tempat akar tanaman terkonsentrasi. Selain itu lubang yang dibuat cacing tanah sering merupakan proporsi utama ruang pori makro di dalam tanah, sehingga cacing tanah dapat secara nyata mempengaruhi kondisi tanah yang berhubungan dengan hasil tanaman (Ansyori 2004).
Proses pengomposan pada vermikompos dilakukan melalui tiga tahap, yaitu : pengadaan cacing tanah, perbanyakan cacing tanah dan proses pengomposan. Kelebihan model pengomposan ini yaitu dapat dilakukan di wilayah pemukiman padat dengan menggunakan kotak kayu berukuran kecil. Dalam pembuatan vermikompos hanya ada beberapa jenis cacing yang sangat aktif dalam perombakan organik. Jenis cacing yang paling efisien  dalam pengomposan adalah Eiscenia fetida dan E. eugeniae, sedangkan jenis yang cukup baik adalah berasal dari genus Perionyx (Sutanto 2002).
Bahan organik tanaman merupakan sumber energi utama bagi kehidupan biota tanah, khususnya makrofauna tanah, sehingga jenis dan komposisi bahan organik tanaman menentukan kepadatannya. Bahan organik tanaman akan mempengaruhi tata udara pada tanah dengan adanya jumlah pori tanah karena aktivitas biota tanah. Oleh aktivitas biota tanah, bahan organik tanaman dirombak menjadi mineral dan sebagian tersimpan sebagai bahan organik tanah. Bahan organik tanah sangat berperan dalam memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan aktivitas biologi tanah dan meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman (Sugiyarto 2007).
Peran aktif mesofauna dan makrofauna tanah dalam menguraikan bahan organik dapat mempertahankan dan mengembalikan produktivitas tanah dengan didukung faktor lingkungan disekitarnya. Keberadaan dan aktivitas mesofauna dan makrofauna tanah dapat meningkatkan aerasi, infiltrasi air, agregasi tanah, serta mendistribusikan bahan organik tanah sehingga diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan keanekaragaman mesofauna dan makrofauna tanah (Wulandari 2005). 
Cacing tanah epigeic peran utamanya adalah sebagai aktor pelumat dan pemotong seresah daun dan mentransformasikan menjadi bahan organik yang lebih stabil cacing ini tidak membentuk liang, berukuran kecil dan berwarna. Cacing tanah anesic makan tanah dan seresah dipermukaan tanah kemudian dibawa masuk kedalam tanah, cacing ini berukuran besar; untuk bagian dorsal berwarna. Untuk cacing tanah endogeik adalah cacing tanah yang hidup dan memperoleh makanan didalam tanah, cacing ini tidak berwarna (Dewi 2007).


DAFTAR PUSTAKA

Andoko A 2002. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya, Jakarta.
Ansyori 2004. Potensi Cacing Tanah Sebagai Alternatif Bio-Indikator Pertanian Berkelanjutan. IPB. Bogor. Makalah Falsafah Sains (PPS 702).
Brady NC and Weil RR 2002. The Nature and Properties of Soils. Thirtheenh Edition. Pearseon Education, Inc. Upper Saddle River, New Jarsey. 960 hal.
DewiWS 2007. Dampak Alih Guna Hutan Menjadi Lahan Pertanian: Perubahan Diversitas Cacing Tanah dan Fungsinya Dalam Mempertahankan Pori Makro Tanah. Desertasi: Program Pasca Sarjana Fakultas Pertanian Unibraw. Malang.
Hanafiah 2005. Biologi Tanah, Ekologi dan Makrobiologi Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hanafiah KA A Napoleon N Ghofar 2010. Biologi tanah: Ekologi dan makrobiologi tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sugiyarto 2007. Preferency of soil macrofauna to crops residue at different light intensity. Biodiversitas vol. 8, no. 2.
Sulistyowati A 1999. Pertanian Organik dalam Sejarah Peradaban. Jakarta: Wacana edisi 17 Mei-Juni 1999,
Sutanto Rachman 2002. Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta.
Wulandari Suteni et al 2005. Decomposition Of Crop Organic Matters And Their Influence To Diversity Of Soil Mesofauna And Macrofauna Under Paraserianthes’stand (Paraserianthes Falcataria). Bioteknologi 4 (1): 20-27.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Random