Rabu, 18 Juni 2014

TANAH SEBAGAI HABITAT MAKROFAUNA DAN MIKROBIOTA

Pada lahan pertanian, rendahnya jumlah dan diversitas vegetasi dalam suatu luasan menyebabkan rendahnya keragaman kualitas masukan bahan organic dan tingkat penutupan permukaan tanah oleh lapisan seresah. Tingkat penutupan (tebal tipisnya) lapisan seresah pada permukaan tanah berhubungan erat dengan laju dekomposisinya (pelapukannya). Semakin lambat terdekomposisi maka keberadaannya di permukaan tanah menjadi lebih lama (Hairiah et al 2000). Laju dekomposisi seresah ditentukan oleh kualitasnya yaitu nisbah C:N, kandungan lignin dan polyphenol. Seresah dikategorikan berkualitas tinggi apabila nisbah C:N <25, kandungan lignin <15 % dan polyphenol <3 %, sehingga cepat dilapuk (Palm Sanchez 1991).
Tanah diterobos sedemikian rupa sehingga tanah menjadi lebih mengandung udara, tanah juga dapat diperkaya oleh hasil ekskresi dan tubuh-tubuh serangga yang mati. Serangga tanah memperbaiki sifat fisik tanah dan menambah kandungan bahan organiknya (Borror dkk 1992). Wallwork (1976), menegaskan bahwa serangga tanah juga berfungsi sebagai  perombak material tanaman dan penghancur kayu. Rahmawaty (2000), mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan serangga tanah di hutan, adalah, struktur tanah berpengaruh pada gerakan dan penetrasi, kelembaban tanah dan kandungan hara berpengaruh terhadap perkembangan dalam daur hidup, suhu tanah mempengaruhi peletakan telur,cahaya dan tata udara mempengaruhi kegiatannya.
Kelompok makrofauna tanah (ukuran > 2 mm) terdiri dari milipida, isopoda, insekta, peranannya dalam proses dekomposisi, aliran karbon, redistribusi unsur hara, siklus unsur hara, bioturbasi dan pembentukan struktur tanah. Biomasa cacing tanah telah diketahui merupakan bioindikator yang baik untuk mendeteksi perubahan pH, keberadaan horison organik, kelembaban tanah dan kualitas humus.Rayap berperan dalam pembentukan struktur tanah dan dekomposisi bahan organik (Maftu’ah et al 2005).
Perubahan vegetasi di permukaan tanah akan berpengaruh terhadap iklim mikro dan kondisi tanah sehingga pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kehidupan makrofauna. Aktivitas makrofauna juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan maupun hasil tanaman melalui pengaruh secara langsung seperti penyerbukan dan hama, ataupun secara tidak langsung dalam berbagai proses dekomposisi dan biologi tanah. Makrofauna yang aktif di permukaan tanah memiliki mobilitas yang tinggi dalam mencari sumber makanan sehingga bergerak secara leluasa dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya (Dewi 2008).
Apabila nilai koefisien indeks keanekaragamannya lebih dari 3 maka laju dekomposisi yang terjadi tinggi. Apabila nilai koefisien indeks keanekaragamannya antara 1 sampai 3 maka laju dekomposisi yang terjadi sedang dan bila nilai koefisien indeks keanekaragamannya kurang dari 1 maka laju dekomposisi yang terjadi rendah. Hubungan yang terjadi antara laju dekomposisi dengan indeks keanekaragaman yang terjadi pada hasil penelitian ini adalah kurang dari 1 berarti terdapat hubungan yang lemah antara laju dekomposisi dengan indeks keanekaragaman fauna tanah (Suwondo 2002).
Fauna tanah memerlukan persyaratan tertentu untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Struktur dan komposisi makrofauna tanah sangat tergantung pada kondisi lingkungannya. Makrofauna tanah lebih menyukai keadaan tanah yang lembap dan masam lemah sampai netral, faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi aktivitas organisme tanah yaitu, iklim (curah hujan, suhu), tanah (kemasaman, kelembaban, suhu tanah, hara), dan vegetasi (hutan, padang rumput) serta cahaya matahari (Makalew 2001). 
Salah satu kelompok organisme yang penting dalam ekosistem tanah dan berperan sebagai agen peningkat pertumbuhan tanaman adalah rizobakteri yaitu bakteri yang hidup di rizosfir tanaman dan mengalami interaksi yang intensif dengan akar tanaman maupun tanah. Kesehatan biologis suatu tanah akan banyak ditentukan oleh dominasi rizobakteri ini atas mikroorganisme patogen sehingga tanaman mendapatkan manfaat yang optimal dari keberadaan rizobakteri non patogen (Hindersah R et al 2004).


DAFTAR PUSTAKA

Borror, D.J., C.A. Triplehorn dan N. F. Johnson 1992..Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi keenam. Soetiono Porto Soejono. Gajah mada university Press. Yogyakarta.
Buck, C., M. Langmaack, and S. Schrader 1999. Nutrient content of earthworm cast influenced by different mulch types. Eur. J. Soil Biol. 55: 23-30.
Dewi 2008. Keragaman Makrofauna Tanah Dalam Pertanaman Palawija Di Lahan Kering Pada Saat Musim Penghujan. Jurnal Sains Tanah. Volume 5 no. 1,7-12, Januari 2008.
Hanafiah et al 2005. Biologi Tanah, Ekologi dan Makrobiologi Tanah. Rajagrafindo Persada : Jakarta
Hindersah, R & Tualar Siarmata 2004. Potensi Rizobakteri Azotobacter dalam Meningkatkan Kesehatan Tanah. Jurnal Natur Indonesia 5(2): 127-133.
Makalew A D N 2001. Keanekaragaman Biota Tanah Pada Agroekosistem Tanpa Olah Tanah (TOT). Makalah Falsafah sains program pasca sarjana /S3. Bogor:IPB.
Pankhurst CE 1994. Biological Indicators of Soil Health and Sustainable Productivity. In : Soil Resilience and Sustainable Land Use. D.J. Greenland and I. Szabolsc (eds.). Cab International.
Rahmawaty 2000. Keanekaragaman Serangga Tanah dan Perannya pada Komunitas Rhizopora spp. Dan Komunitas Ceriops tagal Di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Sulawesi Tenggara. Tesis program pascasarjana IPB. Bogor.
Suwondo 2002. “Komposisi Dan Keanekaragaman Mikroarthropoda Pada Tanah Sebagai Indikator Karakteristik Biologi Pada Tanah Gambut”. J. Natur Indonesia 4(2): 112-186.
Wallwork An pr JA 1976. The Distribution And Diversity of Soil Fauna. Academic PressBogor, Museum Zoologi Bogor. Puslitbang Biologi-LIPI. Biota Vol. III (I).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Random