Benih merupakan
komponen teknologi kimiawi biologis pada setiap musim tanam untuk komoditas
tanaman pangan. Benih dari segi teknologi diartikan sebagai organisme mini
hidup yang dalam keadaan “istirahat” atau dorman yang tersimpan dalam wahana
tertentu yang digunakan sebagai penerus generasi . Benih dikatakan dorman
apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun
diletakkan pada keadaan yang secara umum telah memenuhi persyaratan bagi suatu
perkecambahan (Sutopo 2002).
Ketidakmampuan biji
untuk berkecambah bergantung pada kondisi fisik dan fisiologis pada biji yang
mencegah perkecambahan pada waktu yang tidak tepat/ sesuai. Dormansi bertujuan
untuk mempertahankan diri terhadap kondisi yang tidak sesuai (panas, dingin,
kekeringan dll). Mekanisme biologis
untuk menjamin perkecambahan biji berlangsung pada kondisi dan waktu yang tepat
untuk mendukung pertumbuhan dan kesintasan yang tepat (Iriawati 2010).
Banyak cara untuk
mematahkan dormansi benih padi selain cara diatas antara lain yaitu dengan
pemanasan 500 C sampai 7 hari, Co-aplikasi dalam larutan KNO3 0,2% untuk
membasahi substrat, kombinasi antara pemanasan 500 C selama 2 hari dan
perendaman KNO3 3% atau air selama 1–2 hari, dan perendaman dalam larutan KNO3
dengan konsentrasi 2% - 3% dan lama perendaman 1 – 2 hari tergantung pada.
Misalnya pada varietas rojolele dapat dipatahkan dormansinya dengan pemanasan
500 C dan perendaman pada air (suhu 27–280 C) selama 48 jam (Priadi et al 2007).
Untuk mengatasi
masalah dormansi diperlukan metode pematahan dormansi yang efektif yang dapat
meningkatkan validitas hasil pengujian daya berkecambah, dan mengatasi masalah
dormansi pada saat benih diperlukan untuk segera ditanam. Pematahan dormansi
dikatakan efektif jika menghasilkan daya berkecambah 85% atau lebih (Ilyas 2007).
Dormansi benih
dapat disebabkan antara lain adanya impermeabilitas kulit benih terhadap air
dan gas (oksigen), embrio yang belum tumbuh secara sempurna. Hambatan mekanis
kulit benih terhadap pertumbuhan embrio, belum terbentuknya zat pengatur tumbuh
atau karena ketidakseimbangan antara zat penghambat dengan zat zat pengatur
tumbuh di dalam embrio (Saleh 2004).
Biji yang telah
masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh
yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses
perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi
kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embry
(Yeni 2005).
Dormansi pada
beberapa jenis buah disebabkan oleh: 1) struktur benih, misalnya kulit benih,
braktea, gluma, perikarp dan membran, yang mempersulit keluar masuknya air dan
udara; 2) kelainan fisiologis pada embrio; 3) penghambat (inhibitor)
perkecambahan atau penghalang lain-lainnya; atau 4) gabungan dari faktor-faktor
di atas (Justice 1979).
Benih dorman adalah benih
yang sebenarnya hidup tetapi tidak mau berkecambah meskipun diletakkan pada
lingkungan yang memenuhi syarat untuk berkecambah. Penyebab dormansi
antara lain adalah: impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas-gas
(sangat umum pada famili leguminosae),
embrio rudimenter, halangan perkembangan embrio oleh sebab-sebab mekanis, dan
adanya bahan-bahan penghambat perkecambahan (Setyorini 2002).
Benih-benih tertentu,
misalnya padi yang baru dipanen dapat mengalami dormansi. Tetapi dormansi ini
dapat dipecahkan jika benih telah mengalami penyimpanan kering, yang disebut
dengan after ripening. Perlakuan
benih dengan suhu tinggi dilaporkan dapat memecahkan dormansi ini (Mugnisjah et al 1994).
Perbedaan ukuran buah dan
biji menunjukkan adanya modifikasi diri dalam karakteristik fisik dan
fisiologis biji. Untuk mendesain teknologi pematahan dormansi biji diperlukan
pengetahuan tentang karakteristik bijinya, meliputi: sifat fisik biji, struktur
biji dan karakter fisiologis dan genetik biji (Suharto 2004).
Lamanya dormansi pada kebanyakan biji serealia umumnya ditentukan oleh
faktor genetik. Kultur praktis (seperti penggunaan pupuk) memberikan pengaruh
yang kecil. Disisi lain faktor lingkungan mempengaruhi panjangnya dormansi.
Cuaca yang kering dan panas selama perkembangan biji memperpendek dormansi
setelah panen. Fase dough merupakan
fase pertengahan kematangan yang mengikuti masak susu dan diakhiri dengan masak
panen. Pada fase ini matriks biji lembut dan doughly. Panjangnya
masa dormansi berkaitan dengan varietas dan akumulasi suhu (Christensen 1974).
Dormansi pada benih menggambarkan keadaan benih yang sudah
masak secara fisiologis dan hidup tetapi gagal berkecambah dalam kondisi
optimum. Dormansi pada benih padi misalnya, merupakan mekanisme untuk
melindungi gabah berkecambah pada saat masih di lapang dalam kondisi basah.
Berbagai metode pematahan dormansi yang direkomendasikan untuk digunakan dalam
pengujian daya kecambah telah terdokumentasi dengan baik, namun efektivitasnya
sangat dipengaruhi oleh varietas, intensitas dormansi, dan periode after ripening (Seshu 1986).
Daya kecambah biji yang sangat rendah yang diduga disebabkan adanya dormansi
fisiologis yaitu after ripening. Ini
dapat dihubungkan dengan pernyataan yang menyatakan bahwa masa dormansi biji
kayu afrika cukup lama yaitu 2-7 bulan, dan
percepatan masa dormansi tersebut dapat dilakukan pada kelembaban tinggi
(media) benih. Selain itu, biji kayu
Afrika juga diduga mengalami dormansi kulit biji akibat kulit biji yang keras
dan cukup tebal yang dapat merendahkan vigor benih (Haygreen dan Bowyer 1993).
Biji yang telah masak dan
siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang
sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya.
Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji,
sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo. Biji-biji
keras pada spesies tanaman pertanian seringkali diskarifikasi sebelum penanaman
untuk mempercepat, menyeragamkan penyerapan air, perkecambahan dan tegaknya
tanaman. Mesin skarifikasi atau pelukaan mekanik memanfaatkan gerakan
menggiling, mengaduk, atau memecah yang menggosok atau menggesek benih secara
bersama-sama dan membenturkan pada permukaan abrasive. Walaupun metode ini
meningkatkan permeabilitas air benih, tetapi harus digunakan dengan
memperhatikan hal-hal tertentu. Skarifikasi yang ceroboh atau merugikan dapat
mrusak benih/biji. Skarifikasi kimiawi dengan asam sulfat, asam hidroklorida,
sodium hidroksida, aseton, serta alkohol yang juga telah digunakan. Asam sulfat
yang dipakai paling luas dan efektif adalah dalam bentuk murni atau mentah dan
terkonsentrasi/pekat. Walaupun demikian, terdapat pengecualian untuk biji-biji
kapas, skarifikasi kimiawi tidak banyak dilakukan secara komersial, karena
bahan-bahan tersebut sangat berbahaya/merugikan atau berisiko, biji harus
benar-benar dibersihkan dan dikeringkan setelah perlakuan itu, serta penurunan perkecambahan
dapat terjadi apabila dilakukan secara berlebihan (Yeni 2005).
Biji-biji keras
pada spesies tanaman pertanian seringkali diskarifikasi sebelum penanaman untuk
mempercepat, menyeragamkan penyerapan air, perkecambahan dan tegaknya tanaman.
Mesin skarifikasi atau pelukaan mekanik memanfaatkan gerakan menggiling,
mengaduk, atau memecah yang menggosok atau menggesek benih secara bersama-sama
dan membenturkan pada permukaan abrasive. Walaupun metode ini meningkatkan
permeabilitas air benih, tetapi harus digunakan dengan memperhatikan hal-hal
tertentu. Skarifikasi yang ceroboh atau merugikan dapat mrusak benih/biji.
Skarifikasi kimiawi dengan asam sulfat, asam hidroklorida, sodium hidroksida,
aseton, serta alkohol yang juga telah digunakan. Asam sulfat yang dipakai
paling luas dan efektif adalah dalam bentuk murni atau mentah dan
terkonsentrasi/pekat. Walaupun demikian, terdapat pengecualian untuk biji-biji
kapas, skarifikasi kimiawi tidak banyak dilakukan secara komersial, karena
bahan-bahan tersebut sangat berbahaya/merugikan atau berisiko, biji harus
benar-benar dibersihkan dan dikeringkan setelah perlakuan itu, serta penurunan
perkecambahan dapat terjadi apabila dilakukan secara berlebihan (Copeland
1976).
Dormansi yaitu peristiwa dimana benih
mengalami masa istirahat (Dorman). Dormansi benih berhubungan dengan usaha
benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan
memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada
kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah
membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat
mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya (Elisa 2009).
Perlakuan kimia dengan bahan-bahan kimia
sering dilakukan untuk memecahkan dormansi pada benih. Tujuan utamanya adalah
menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu proses
imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat dengan konsentrasi pekat
membuat kulit biji menjadi lunak sehingga dapat dilalui air dengan mudah. Asam
ini menyebabkan kerusakan pada kulit biji dan dapat diterapkan pada legum
maupun non legume. Tetapi metode ini tidak sesuai untuk benih yang mudah sekali
menjadi permeable, karena asam akan merusak embrio. Lamanya perlakuan larutan
asam harus memperhatikan 2 hal, yaitu: (1)Kulit biji atau pericarp yang dapat diretakkan
untuk memungkinkan imbibisi. (2)Larutan asam tidak mengenai embrio.
Pematahan dormasi pada praktikum kali
ini adalah dengan menggunakan zat kimia berupa kalium nitrat KNO3 dengan
konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4%, dan larutan asam sulfat (HNO3). benih
yang digunakan adalah benih padi (Oryza sativa) varietas
Ciherang dan IR64. Perendaman bibit padi dengan zat kimia
tersebut adalah agar kulit luar padi yang berisifat impermeable terhadap udara
dan air dapat lunak dan tidak menghalangi masuknya udara dan air tersebut. Jika
kulit biji telah lunak oleh zat kimia tersebut maka dengan mudah udara dan air
dapat masuk sehingga benih dapat tumbuh.
Pemecahan dormansi pada benih semangka non biji
dilakukan dengan membuka sedikit ujung pangkal benih menggunakan penjepit atau
alat pemotong kuku dan merendam dalam larutan fungisida selama ± 5 menit,
kemudian diletakkan dalam kertas yang digulung dan dimasukkan dalam kotak karton
tertutup yang disinari lampu 5 watt berwarna hijau ± 2 hari.
Bawang merah adalah tanamn yang memiliki
akar serabut, batang sejati, bentuk pipih dan batang semu dengan bentuk pelepah
daun, daun berbentuk bulat berlubang dan umbi berwarna merah. Sebelum dilakukan
penanaman bawang merah perlu dilakukan perlakuan pemotongan ujung umbi.
Pemotongan ujung umbi bibit ini ini dimaksudkan untuk membuang penghambat
tumbuh tunas umbi yang berada pada ujung umbi. Pemotongan ujung
umbi ditentukan atas dasar lama penyimpanan bibit atau masa dormansi.
Besar pemotongan ujung umbi ditentukan oleh varietas dan lama penyimpanan,
semakin lama masa penyimpanan maka semakin sedikit pemotongan ujung umbinya. Fase
pertumbuhan awal bawang merah terjadi pada 0 – 10 hari setelah tanam,
fase pertumbuhan vegetatif pada 11 – 35 hari setelah tanam, fase pembentukan
umbi pada 36 – 50 hari setelah tanam, dan fase pematangan umbi 51 – 65 hari
setelah tanam.
Perlakuan
benih padi dalam pematahan dormansinya pada KNO3 1% didapatkan hasil
pada 5 benih yang dikecambahkan mempunyai KK dan DK yang mencapai 100% pada
sebagian besar pengamatan setiap kelompok. Pematahan Dormansi Benih Padi (Oryza sativa) Perendaman pada KNO3 2%
didapatkan hasil jumlah KK dan DK yang rata-rata 100% dan 80% yang tergolong
baik dari berbagai pengamatan kelompok. Pada perendaman pada KNO3 3%
didapatkan hasil jumlah KK dan DK yang rata-rata 100% dan 80% yang tergolong
baik dari berbagai pengamatan kelompok. Begitu pula ditemui pada Perendaman
pada KNO3 4% didapatkan hasil jumlah KK dan DK yang rata-rata 100%
dan 80% yang tergolong baik dari berbagai pengamatan kelompok.
Pematahan
Dormansi Benih Padi (Oryza sativa)
Perendaman pada HNO3 0,01 N didapatkan hasil pada setiap kelompok
jumlah KK dan DK yang sebagian besar 0%. Hal ini dimungkinkan zat kimia HNO3
0,01 N kurang efektif apabila digunakan untuk pematahan dormansi benih
padi. Pematahan Dormansi Bawang Merah (Allium
ascalonicum) didapatkan hasil pada varietas bawang merah lokal didapat KK
dan DK 100%, hal tersebut juga ditemui pada bawang merah varietas bima yang
mempunyai jumlah DK dan KK 100%.
Benih dorman adalah benih yang
sebenarnya hidup tetapi tidak mau berkecambah meskipun diletakkan pada
lingkungan yang memenuhi syarat untuk berkecambah. Penyebab dormansi antara
lain adalah: impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas-gas (sangat umum
pada famili leguminosae), embrio rudimenter, halangan perkembangan embrio oleh
sebab-sebab mekanis, dan adanya bahan penghambat perkecambahan (Setyorini
2002).
Adanya dormansi biji pada suatu biji
tanaman maka perlu adanya perlakuan khusus seperti usaha pematahan dormansi
baik secara mekanik maupun secara kimia. Akan tetapi ada sebagian keuntungan
yang didapatkan dari adanya sifat dormansi biji tersebut salah satunya adalah biji
tersebut dapat disimpan terlebih dahulu hingga massa tanam ditentukan. Dengan
petani dapat mengatur kapan biji tersebut ditanam tanpa takut biji membusuk
atau berkecambah sebelum waktunya.
Pematahan dormansi perlu dilakukan agar
benih dapat berkecambah, terutama karena keadaan lingkungan dan faktor-faktor
yang mendukung perkecambahan telah terpenuhi. Apabila tidak dipatahkan, hal ini
akan merugikan bagi para petani karena para petani harus menunggu sampai masa
dormansinya berakhir (Chapman et al 1976).
Tipe Pematahan dormansi ada enam tipe,
yaitu :
1. Immature embryo
Benih secara fisiologis belum mampu
berkecambah, karena embryo belum masak walaupun biji sudah masak. Pematangan
secara alami setelah biji disebarkan. Pematangan secara buatan melanjutkan proses
fisiologis pemasakan embryo setelah biji mencapai masa lewat-masak
(after-ripening).
2.
Dormansi mekanis
Perkembangan embrio secara fisis
terhambat karena adanya kulit biji/buah yang keras. Pematangan secara alami
dengan dekomposisi bertahap pada struktur yang keras. Pematangan secara buatan
dengan meretakkan mekanis.
3.
Dormansi fisis
Imbibisi/penyerapan air terhalang oleh
lapisan kulit biji/buah yang impermeable. Pematangan secara alami dengan
fluktuasi suhu. Pematangan secara buatan dengan skarifikasi mekanis, pemberian
air panas atau bahan kimia.
4.
Dormansi kimia
Buah atau biji mengandung zat penghambat
(chemical inhibitory compound) yang menghambat perkecambahan. Pematangan secara
alami dengan pencucian (leaching) oleh air, dekomposisi bertahap pada jaringan
buah. Pematangan secara buatan dengan menghilangkan jaringan buah dan mencuci
bijinya dengan air.
5.
Foto dormansi
Biji gagal berkecambah tanpa adanya
pencahayaan yang cukup. Dipengaruhi oleh mekanisme biokimia fitokrom. ematangan
secara alami dan buatan dengan pencahayaan.
6.
Thermo dormansi
Perkecambahan rendah tanpa adanya
perlakuan dengan suhu tertentu. Pematangan secara alami dengan penempatan pada
suhu rendah di musim dingin, pembakaran, pemberian suhu yang berfluktuasi.
Pematangan secara buatan dengan stratifikasi atau pemberian perlakuan suhu
rendah, pemberian suhu tinggi dan pemberian suhu berfluktuasi (Saleh, 2004).
Perlakuan kimia dengan bahan-bahan kimia
sering dilakukan untuk memecahkan dormansi pada benih. Tujuan utamanya adalah
menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu proses
imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat dengan konsentrasi pekat
membuat kulit biji menjadi lunak sehingga dapat dilalui air dengan mudah. Asam
ini menyebabkan kerusakan pada kulit biji dan dapat diterapkan pada legum
maupun non legume. Tetapi metode ini tidak sesuai untuk benih yang mudah sekali
menjadi permeable, karena asam akan merusak embrio. Lamanya perlakuan larutan
asam harus memperhatikan 2 hal, yaitu:
1. Kulit biji atau pericarp yang dapat diretakkan untuk memungkinkan
imbibisi.
2.
Larutan asam tidak mengenai
embrio.
Pematahan dormansi yang dilaksanakan
pada praktikum ini berupa teknik perendaman dengan menggunakan zat kimia berupa
kalium nitrat (KNO3) 1%, KNO3 2%, KNO3 3%, KNO3 4%, dan HNO3 1 N. Sedangkan
benih yang digunakan pada praktikum kali ini adalah benih padi (Oryza sativa).
Perlakuan perendaman ke dalam zat kimia tersebut dapat melunakkan kulit benih
yang keras, sehingga benih menjadi permeabel terhadap air dan oksigen. Selain
itu, perendaman benih kedalam zat kimia tersebut dapat memacu aktivitas enzim
untuk melakukan perombakan cadangan makanan pada benih. Imbibisi dapat
mengaktifkan enzim-enzim perombakan yang menjadikan karbohidrat, protein dan
lemak menjadi senyawa-senyawa aktif, selanjutnya didukung perlakuan ekstraksi
30 hari yang menyebabkan berkurangnya senyawa-senyawa yang dapat menghambat
perkecambahan benih. Benih yang cepat berkecambah berarti memiliki kesempatan
tumbuhnya axis embrio lebih panjang hingga memungkinkan terjadinya pembengkakan
pada bagian ujungnya sebagai tempat tumbuhnya akar dan plumula sehingga lebih
panjang. Oleh karena itu, benih dapat berkecambah karena kulit benih menjadi
lunak, permeable, dan aktivitas enzim meningkat (Saleh, 2004).
Keefektifan metode pematahan dormansi
dipengaruhi oleh penyebab dormansi, persistensi dan intensitas dormansi. Benih
yang memiliki persistensi dormansi panjang dengan intensitas dormansi tinggi
umumya lebih sulit dipatahkan dibandingkan dengan benih yang mempunyai
persistensi dormansi pendek dengan intensitas dormansi rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Chapman S R and
P C Lark 1976. Crop Production Principle
And Practices. WH Freemon. Co. SF.
Christensen C M
1974. Storage of Cereal Grains and
Their Products. American Association of Cereal Chemist, Inc. USA.
Coppeland
l D 1976.Principles Of Seed Science and
Tecnology. Minnesota : Burgess Publ.
Co.
Elisa
2009. Dormansi. http://elisa.ugm.ac.id/files/yeni_wn_ratna/6L4WiASR/III-dormansi.doc. Diakses
pada 12 Mei 2014.
Hygreen J G dan
JL Bowyer 1993. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu
Suatu Pengantar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Ilyas S dan WT Diarni 2007.
Persistensi dan pematahan dormansi benih pada beberapa varietas padi gogo. Jurnal Agrista.Vol. 11 (2): 92-101.
Iriawati 2010. Perkembangan Biji.
Diakses dari www.perkembangan biji.pdf. Diakses pada 7 Mei 2014.
Justice O L dan L N
Baas 1979.Principle and Practices of
SudStroge.Castle House Pulb/ Ltd great.
Mugnisjah WQ A
Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994. Panduan Praktikum dan Penelitian
Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Priadi D
T Kuswara dan U Soetisna 2007. Padi Organik Versus Non Organik: Studi Fisiologi
Benih Padi (Oryza sativa L.) Kultivar Lokal Rojolele. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 9(2): 130 – 138.
Saleh
M S 2004. Pematahan dormansi benih Aren secara
fisik pada berbagai lama ektraksi buah. Jurnal
Agrosains 6(2): 89-95.
Saleh M S 2004.
Pematahan dormansi benih Aren secara fisik pada berbagai lama ektraksi buah. J. Agrosains Vol 6(2) : 89-95.
Seshu D V 1986. Genetic
Studies on Seed Dormancy in Rice Genetics. Procedding of The International
Rice Genetics Symphosium. IRRI. Manila. Philippines.
Setyorini LE
2002. Perkecambahan Benih/Biji. http://public.ut.ac.id . Diakses pada tanggal 28 April 2014.
Suharto E 2004. Struktur Biji, Sifat Fisik Biji, dan
Karakteristik Benih Kayu Afrika (Maesopsis
eminii Engl) Provenan Padang Jaya. J.
Akta Agrosia Vol 7(1): 24 – 32.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar